Arti Persahabatan
Ujian sekolah telah tiba,
laporan-laporan masih belum terselesaikan dan sekarang muncul pula masalah yang
memusingkan kepala. Pagi itu dia datang dengan wajah cemberutnya yang membuat
aku bingung, heran, dan kaget. Aku duduk sendiri dan tak ada yang mengajakku
bicara. Ya, dia yang membuatku seperti ini, dia sahabat karibku, sahabat yang
selama ini ada di sampingku. Kami makan,
bermain, dan belajar bersama. Tapi sedihnya kebersamaan yang indah, berakhir
begitu saja.
Hari-hari kulewati tanpa senyuman
dan candaannya. Semakin lama aku semakin tidak nyaman melihat persahabatanku
dengannya renggang. Padahal menurutku tak ada yang salah, kami tetap seperti
dulu akrab dan selalu bersama, dimana-mana berdua, dimana ada aku pasti disitu
ada dia. Aku sedih? Iya, aku sangat sedih! Dalam waktu sekejap persahabatan
yang indah itu berakhir.
Keesokan harinya ada tugas kelompok Biologi yang harus
dikumpilkan, dan aku harus memberanikan diri untuk menghampirinya.
“Sis, besok tugas Biologi kita harus segara
mengumpulkan” kataku sambil tersenyum.
Aku sangat ingin hubunganku
dengannya bisa kembali seperti dulu. Aku tidak peduli dia mau dengar atau
tidak, ditanggapi atau tidak pun aku juga tidak peduli. Biar saja, yang penting
tugas dan kewajibanku selesai. Dia mengangguk sambil bergumam pelan, aku tidak
sempat mendengar gumaman itu karena aku terlanjur pergi darisana.
Lama-lama perubahan keadaan persahabatanku
itu keliatan di temanku yang lainnya. Aku ditemui Natasia waktu istirahat di
kantin.
“Christie, kamu ada masalah apa sih sama Siska? Kok
sekarang agak renggang gitu?” tanyanya.
“aku juga nggak tau Nat kenapa bisa jadi begini.”
Ujarku dengan nada sedih.
“awalnya gimana kejadiannya Chris?” Natasia kembali
bertanya.
“awalnya tadi pagi saat aku masuk kelas, Siska seperti
memberiku kesan sinis dan cuek. Aku juga nggak tau kenapa dia bisa seperti itu,
padahal kemarin masih baik-baik saja.” Kataku dengan nada semakin sedih.
“oh gitu, mungkin ini hanya kesalahpahaman biasa. Kamu
harus tetap menyapa dan berbicara padanya, jangan terus-terusan diam seperti
ini. Kamu juga jangan takut dicuekin, itu tantangan bagi kamu, dan kamu pasti
bisa.” Natasia menasehatiku.
“iya Nat, makasih ya. Aku akan berusaha agar
persahabatanku bisa kembali seperti dulu lagi.” Ujarku lagi.
Aku tersenyum kepadanya dan
berharap senyuman itu bisa meluluhkan hatinya. Tapi ternyata senyuman itu senyuman
tak berarti, senyumanku teracuhkan begitu saja, dia melengah tanpa membalas sedikitpun.
Ya, perjuangan belum usai! Aku tak boleh menyerah! Aku harus tetap berjuang
sampai senyumanku dibalas dengan senyuman yang paling manis.
Esok harinya setelah ujian sekolah
usai aku berjalan menuju tempat parkir sepeda motor. Baru sampai depan kelas
kulihat Natasia sedang berbicara dengan Siska di taman sekolah. Aku tidak tau
apa yang sedang mereka bicarakan, tapi kelihatannya mereka sedang berbicara
serius. Ah.. entahlah aku tak tau, aku melanjutkan langkahku ke parkiran
sekolah untuk mengambil motorku dan segera pulang. Aku tak sabar ingin
menggeletakkan badanku di atas tempat tidur.
Sesampainya dirumah aku langsung
menuju kamar dan tidur, tetapi ada suara handphone yang membangunkanku.
Ternyata ada pesan, saat itu juga aku membuka pesan itu, dan ternyata pesan dari Natasia. Ia menyuruhku datang kerumah Yovi. Hmm.. ada
apa ya? Kenapa dia menyuruhku datang kerumah Yovi? Tapi ya sudahlah, tidak ada
salahnya aku datang.
Sampai di depan rumah Yovi. Keadaan
rumah Yovisangat ramai. Akupun semakin penasaran, ada apa sebenarnya. Aku
langsung masuk ke ruang tau rumah Yovi. Kulihat ada Siska, Natasia, Sara,
Maureen, dan Yovi. Suasana saat itu sangat ramai, seperti biasa kami bercanda
bersama. Tapi hanya aku dan Siska yang tidak bicara, ada rasa sungkan datang
setiap aku ingin bicara dengannya.
“nah, karena sekarang semua sudah hadir penbahasan
kita mulai.” Ujar Natasia seperti seorang pemimpin rapat. Aku semakin bingung
dengan kata-kata Natasia.
“maaf, sebenarnya ada apa ini?” tanyaku pelan.
“gini Chris, aku sama teman-teman yang lain ga tega
liat kamu sama Siska diem-dieman gini. Apalagi kalian berdua sudah bersahabat
cukup lama. Masak hanya karena salah paham persahabatan kalian jadi
berantakan.” Kata Sara mengawali pembicaraan.
“iya Chris, aku juga sependapat sama Sara. Sebelumnya
aku minta maaf kalau selama ini aku cuek dan menghindar sama kamu. Jujur
sebenarnya aku juga ga tega cuek sama kamu apalagi kita sudah bersahabat sejak
lama. Ini memang salahku, aku mengira Jessica tidak suka jika aku bersahabat
denganmu, karena itu aku cuek dan meghindar sama kamu. Tetapi dugaanku salah,
ternyata Jessica hanya memperingatkanku jika kita harus mengurangi bermain dan
harus lebih serius untuk belajar karena akan menghadapi ujian sekolah ini.”
Lanjut Siska dengan nada lirih.
Aku tertegun mendengar perkataan
Siska. Aku bingung harus berkata apa lagi dan aku hanya bisa menangis. Ternyata
ini jawaban dari pertanyaan-pertanyaanku itu, akupun tak lagi bertanya-tanya
tentang hal itu. Semua sudah terjawab! Aku langsung memeluk Siskadengan erat.
“semoga ini yang terakhir, dan tak akan ada lagi
salahpaham seperti ini.” kataku ke Siska.
“iya, maafin aku ya. Semoga dengan kejadian ini kita
bisa semakin berpikir lebih dewasa lagi.” kata Siska sambil tersenyum.
“iya.” Kataku dengan membalas senyumnya.
Semenjak kejadian itu persahabatanku
dengan Siska semakin membaik. Semua seakan kembali seperti dulu, bahkan
sekarang kami bisa menyelesaikan masalah kami sendiri dan saling membantu satu
sama lain.
Karena sahabat adalah orang yang
selalu ada buat kita saat kita lagi sedih, bahagia, kecewa, marah. Sahabat itu
selalu mendengarkan isi hati kita dengan baik dan Ia selalu memberikan nasihat
yang baik buat kita. Sahabat itu tidak munafik tetapi apa adanya.
Notes : yah ini cerpen buat tugas gue, yah walaupun sederhana semoga kalian suka yaa :) bighuggg
Tidak ada komentar:
Posting Komentar