Label

Jumat, 15 Agustus 2014

Arti Persahabatan

Arti Persahabatan

Ujian sekolah telah tiba, laporan-laporan masih belum terselesaikan dan sekarang muncul pula masalah yang memusingkan kepala. Pagi itu dia datang dengan wajah cemberutnya yang membuat aku bingung, heran, dan kaget. Aku duduk sendiri dan tak ada yang mengajakku bicara. Ya, dia yang membuatku seperti ini, dia sahabat karibku, sahabat yang selama ini ada di sampingku.  Kami makan, bermain, dan belajar bersama. Tapi sedihnya kebersamaan yang indah, berakhir begitu saja.
Hari-hari kulewati tanpa senyuman dan candaannya. Semakin lama aku semakin tidak nyaman melihat persahabatanku dengannya renggang. Padahal menurutku tak ada yang salah, kami tetap seperti dulu akrab dan selalu bersama, dimana-mana berdua, dimana ada aku pasti disitu ada dia. Aku sedih? Iya, aku sangat sedih! Dalam waktu sekejap persahabatan yang indah itu berakhir.
Keesokan harinya ada tugas kelompok Biologi yang harus dikumpilkan, dan aku harus memberanikan diri untuk menghampirinya.
“Sis, besok tugas Biologi kita harus segara mengumpulkan” kataku sambil tersenyum.
Aku sangat ingin hubunganku dengannya bisa kembali seperti dulu. Aku tidak peduli dia mau dengar atau tidak, ditanggapi atau tidak pun aku juga tidak peduli. Biar saja, yang penting tugas dan kewajibanku selesai. Dia mengangguk sambil bergumam pelan, aku tidak sempat mendengar gumaman itu karena aku terlanjur pergi darisana.
Lama-lama perubahan keadaan persahabatanku itu keliatan di temanku yang lainnya. Aku ditemui Natasia waktu istirahat di kantin.
“Christie, kamu ada masalah apa sih sama Siska? Kok sekarang agak renggang gitu?” tanyanya.
“aku juga nggak tau Nat kenapa bisa jadi begini.” Ujarku dengan nada sedih.
“awalnya gimana kejadiannya Chris?” Natasia kembali bertanya.
“awalnya tadi pagi saat aku masuk kelas, Siska seperti memberiku kesan sinis dan cuek. Aku juga nggak tau kenapa dia bisa seperti itu, padahal kemarin masih baik-baik saja.” Kataku dengan nada semakin sedih.
“oh gitu, mungkin ini hanya kesalahpahaman biasa. Kamu harus tetap menyapa dan berbicara padanya, jangan terus-terusan diam seperti ini. Kamu juga jangan takut dicuekin, itu tantangan bagi kamu, dan kamu pasti bisa.” Natasia menasehatiku.
“iya Nat, makasih ya. Aku akan berusaha agar persahabatanku bisa kembali seperti dulu lagi.” Ujarku lagi.
 Aku tersenyum kepadanya dan berharap senyuman itu bisa meluluhkan hatinya. Tapi ternyata senyuman itu senyuman tak berarti, senyumanku teracuhkan begitu saja, dia melengah tanpa membalas sedikitpun. Ya, perjuangan belum usai! Aku tak boleh menyerah! Aku harus tetap berjuang sampai senyumanku dibalas dengan senyuman yang paling manis.
Esok harinya setelah ujian sekolah usai aku berjalan menuju tempat parkir sepeda motor. Baru sampai depan kelas kulihat Natasia sedang berbicara dengan Siska di taman sekolah. Aku tidak tau apa yang sedang mereka bicarakan, tapi kelihatannya mereka sedang berbicara serius. Ah.. entahlah aku tak tau, aku melanjutkan langkahku ke parkiran sekolah untuk mengambil motorku dan segera pulang. Aku tak sabar ingin menggeletakkan badanku di atas tempat tidur.
Sesampainya dirumah  aku langsung menuju kamar dan tidur, tetapi ada suara handphone yang membangunkanku. Ternyata ada pesan, saat itu juga aku membuka pesan itu, dan ternyata pesan dari Natasia. Ia menyuruhku datang kerumah Yovi. Hmm.. ada apa ya? Kenapa dia menyuruhku datang kerumah Yovi? Tapi ya sudahlah, tidak ada salahnya aku datang.
Sampai di depan rumah Yovi. Keadaan rumah Yovisangat ramai. Akupun semakin penasaran, ada apa sebenarnya. Aku langsung masuk ke ruang tau rumah Yovi. Kulihat ada Siska, Natasia, Sara, Maureen, dan Yovi. Suasana saat itu sangat ramai, seperti biasa kami bercanda bersama. Tapi hanya aku dan Siska yang tidak bicara, ada rasa sungkan datang setiap aku ingin bicara dengannya.
“nah, karena sekarang semua sudah hadir penbahasan kita mulai.” Ujar Natasia seperti seorang pemimpin rapat. Aku semakin bingung dengan kata-kata Natasia.
“maaf, sebenarnya ada apa ini?” tanyaku pelan.
“gini Chris, aku sama teman-teman yang lain ga tega liat kamu sama Siska diem-dieman gini. Apalagi kalian berdua sudah bersahabat cukup lama. Masak hanya karena salah paham persahabatan kalian jadi berantakan.” Kata Sara mengawali pembicaraan.
“iya Chris, aku juga sependapat sama Sara. Sebelumnya aku minta maaf kalau selama ini aku cuek dan menghindar sama kamu. Jujur sebenarnya aku juga ga tega cuek sama kamu apalagi kita sudah bersahabat sejak lama.  Ini memang salahku, aku mengira Jessica tidak suka jika aku bersahabat denganmu, karena itu aku cuek dan meghindar sama kamu. Tetapi dugaanku salah, ternyata Jessica hanya memperingatkanku jika kita harus mengurangi bermain dan harus lebih serius untuk belajar karena akan menghadapi ujian sekolah ini.” Lanjut Siska dengan nada lirih.
Aku tertegun mendengar perkataan Siska. Aku bingung harus berkata apa lagi dan aku hanya bisa menangis. Ternyata ini jawaban dari pertanyaan-pertanyaanku itu, akupun tak lagi bertanya-tanya tentang hal itu. Semua sudah terjawab! Aku langsung memeluk Siskadengan erat.
“semoga ini yang terakhir, dan tak akan ada lagi salahpaham seperti ini.” kataku ke Siska.
“iya, maafin aku ya. Semoga dengan kejadian ini kita bisa semakin berpikir lebih dewasa lagi.” kata Siska sambil tersenyum.
“iya.” Kataku dengan membalas senyumnya.
Semenjak kejadian itu persahabatanku dengan Siska semakin membaik. Semua seakan kembali seperti dulu, bahkan sekarang kami bisa menyelesaikan masalah kami sendiri dan saling membantu satu sama lain.

Karena sahabat adalah orang yang selalu ada buat kita saat kita lagi sedih, bahagia, kecewa, marah. Sahabat itu selalu mendengarkan isi hati kita dengan baik dan Ia selalu memberikan nasihat yang baik buat kita. Sahabat itu tidak munafik tetapi apa adanya.

Notes : yah ini cerpen buat tugas gue, yah walaupun sederhana semoga kalian suka yaa :) bighuggg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar